GUNUNG BROMO merupakan salah satu gunung api yang masih aktif, Gunung Bromo
berada di Provinsi Jawa Timur. Tempat ini selalu ramai menjadi tujuan
wisata lokal andaLan karena Gunung ini mempunyai eksotisme alam yang
sangat menawan, salah satunya adalah laut pasir yang sangat luas.
Bromo
mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada
dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang,
dan Kabupaten Malang. Lautan pasir di gunung ini kira-kira sepuluh
meter persegi, ini membuat pemandangan yang sangat menakjubkan,
sehingga banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang sengaja
melancong untuk bisa menikmati keindahan alam
Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh BROMO-SEMERU, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger.
Upacara ini biasanya
dimulai pada saat tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama
sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kesodo [ke-sepuluh] menurut
penanggalan Jawa. Upacara Kesodo merupakan upacara untuk memohon panen
yang berlimpah atau meminta tolak bala dan kesembuhan atas berbagai
penyakit, yaitu dengan cara mempersembahkan sesaji dengan melemparkannya
ke kawah GUNUNG BROMO. Saat prosesi berlangsung, masyarakat
Tengger lainnya beramai-ramai menuruni tebing kawah dan sesaji yang
dilemparkan ke dalam kawah, sebagai perlambang berkah dari Yang Maha
Kuasa. Selain itu, ternyata gunung bromo mempunyai asal usul dalam bentuk legenda. Bagaimana asal usul sejarah GUNUNG BROMO???
Legenda Asal Usul Gunung Bromo
Sebelum Rara Anteng dinikahi Joko Seger, banyak pria yang naksir.
Maklum, kecantikannya sangat alami sebagaimana Dewi. Di antara
pelamarnya, terdapat Kyai Bima, penjahat sakti. Rara Anteng tidak bisa
menolak begitu saja lamaran itu. Ia menerimanya dengan syarat, Kyai Bima
membuatkan lautan di atas gunung dan selesai dalam waktu semalam.
Kyai Bima menyanggupi persyaratan
tersebut dan bekerja keras menggali tanah untuk membuat lautan dengan
menggunakan tempurung (batok) yang bekasnya sampai sekarang menjadi
Gunung Bathok, dan lautan pasir (segara wedhi) terhampar luas di sekitar
puncak Gunung Bromo. Untuk mengairi lautan pasir tersebut, dibuatnya
sumur raksasa, yang bekasnya sekarang menjadi kawah Gunung Bromo.
Rara Anteng cemas melihat kesaktian dan
kenekatan Kyai Bima. Ia segera mencari akal untuk menggagalkan minat
Kyai Bima atas dirinya. Ia pun menumbuk jagung keras-keras seolah fajar
telah menyingsing, padahal masih malam. Mendengar suara orang menumbuk
jagung, ayam-ayam bangun dan berkokok. Begitu pula burung. Kyai Bima
terkejut. Dikira fajar telah menyingsing. Pekerjaannya belum selesai.
Kyai Bima lantas meninggalkan Bukit Penanjakan. Ia meninggalkan
tanda-tanda:
1.Segara Wedhi, yakni hamparan pasir di bawah Gunung Bromo
2.Gunung Batok, yakni sebuah bukit yang terletak di selatan Gunung Bromo, berbentuk seperti tempurung yang ditengkurapkan.
3.Gundukan tanah yang tersebar di daerah Tengger, yaitu: Gunung
Pundak-lembu, Gunung Ringgit, Gunung Lingga. Gunung Gendera, dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar